Jumat, 22 Januari 2016

Konstruksi Atap 

      Atap merupakan bagian dari struktur bangunan yang berfungsi sebagai penutup/pelindung bangunan dari panas terik matahari dan hujan sehingga memberikan kenyamanan bagi penggunan bangunan. Struktur atap pada umumnya terdiri dari tiga bagian utama yaitu: struktur penutup atap, gording dan rangka kuda-kuda. Penutup atap akan didukung oleh struktur rangka atap, yang terdiri dari kuda-kuda, gording, usuk, dan reng. Beban-beban atap akan diteruskan ke dalam fondasi melalui kolom dan/atau balok. Konstruksi atap memungkinkan terjadinya sirkulasi udara dengan baik. Lebih detail bagian-bagian atap seperti gambar.

                              Gambar. Struktur Atap Sederhana 

1. Bentuk-Bentuk Atap 

a.      Atap Limasan/Perisai


                                                          (a)                                           (b) 
                Gambar. Tampak Muka (a) dan Tampak Samping (b)
  


                                                            (i-i)                                  (ii-ii)  
               Gambar. Potongan Bujur (i-i); Potongan Melintang (ii-ii)
  


                                  Gambar. Tampak Muka


        b.      Atap Pelana

           Gambar. Tampak Muka (a) dan Tampak Samping (b)



                                                          (i-i)                                     (ii-ii) 
        Gambar. Potongan Bujur (i-i); Potongan Melintang (ii-ii)
  

       c.      Atap Gerigi (Gergaji)/ Sawteeth


                                            Gambar. Atap Gerigi atau Gergaji


       d.      Atap Joglo

    GambarJoglo Tanpa Soko Guru (a) dan Joglo dengan Soko Guru (b)


2.      Bagian-Bagian Atap

       Bagian-bagian atap terdiri atas: gording, jurai, usuk, reng, penutup atap dan bubungan: 



                                   GambarKonstruksi Atap 3D  

a.      Gording 

Gording membagi bentangan atap dalam jarak-jarak yang lebih kecil pada proyeksi horizontal. Gording meneruskan beban dari penutup atap, reng, usuk, orang, beban angin, beban air hujan pada titik-titik buhul kuda-kuda. Gording berada di atas kuda-kuda, biasanya tegak lurus dengan arah kuda-kuda. Gording menjadi tempat ikatan bagi usuk, dan posisi gording harus disesuaikan dengan panjang usuk yang tersedia. Gording harus berada di atas titik buhul kuda-kuda, sehingga bentuk kuda-kuda sebaiknya disesuaikan dengan panjang usuk yang tersedia. Gording kayu memiliki dimensi; panjang maksimal 4 m, tinggi 12 cm dan lebar 10 cm. Jarak antar gording kayu sekitar 1,5 sampai dengan 2,5 m.

b.  Usuk/Kaso 

           Usuk berfungsi menerima beban dari penutup atap dan reng dan meneruskannya ke      gording. Usuk terbuat dari kayu dengan ukuran 5/7 cm dan panjang maksimal 4 m. Usuk      dipasang dengan jarak 40 sampai dengan 50 cm antara satu dengan lainnya pada arah        tegak lurus gording. Usuk akan terhubung dengan gording dengan menggunakan paku.        Pada kondisi tertentu usuk harus dibor dahulu sebelum dipaku untuk menghindari pecah      pada ujung-ujung usuk.

c.   Reng 
            Reng berupa batang kayu berukuran 2/3 cm atau 3/5 cm dengan panjang sekitar 3        m. Reng menjadi tumpuan langsung penutup atap dan meneruskannya ke usuk/kaso.          Pada atap dengan penutup dari asbes, seng atau sirap reng tidak digunakan. Reng akan      digunakan pada atap dengan penutup dari genteng. Reng akan dipasang pada arah              tegak      lurus usuk dengan jarak menyesuaikan dengan panjang dari penutup atapnya        (genteng).

d.   Jurai
             Pada pertemuan sudut atap terdapat batang baja atau kayu atau frame-work yang         disebut jurai. Pengertian lain dari jurai adalah garis sambungan antara bidang atap yang       satu dengan bidang atap yang lainnya. Menutut bentuknya jurai dibedakan menjadi jurai       dalam dan jurai luar. Jurai dalam merupakan balok kayu yang diletakan miring                     menghadap kedalam. Jurai dalam ini berfungsi sebagai pertemuan dan tumpuan antara       balok gording dengan balok gording lainnya serta dudukan papan talang. Kayu yang             diguakan sebagai jurai dalam berukuran 8 cm x 12 cm atau 8 cm x 15 cm. Jurai                    luar adalah sambungan yang menonjol kearah luar.

e.   Penutup Atap 
             Penutup atap adalah elemen paling luar dari struktur atap. Penutup atap harus               mempunyai sifat kedap air, bisa mencegah terjadinya rembesan air selama kejadian             hujan. Sifat tidak rembes ini diuji dengan pengujian serapan air dan rembesan. Struktur         penutup atap merupakan struktur yang langsung berhubungan dengan beban-beban             kerja (cuaca) sehingga harus dipilih dari bahan-bahan yang kedap air, tahan terhadap           perubahan cuaca. Struktur penutup yang sering digunakan antara lain; genteng, asbes,       kayu (sirap), seng, polycarbonat, plat beton, dan lain-lain.

        1)    Genteng dan Bubungan 

                        Menurut bahan material terdapat genteng beton dan genteng tanah liat                          (keramik). Sedangkan menurut bentuknya, genteng terdiri atas genteng biasa                        (genteng S), genteng kodok, genteng pres silang. Sedangkan untuk bentuk                            genteng karpus terdiri atas genteng setengah lingkaran, genteng segitiga, dan                       genteng sudut patah.
                  GambarGenteng Biasa (Genteng S)       GambarGenteng Kodok   

                                               Gambar. Genteng Pres Silang


                                            (a)                      (b)                             (c) 
                     GambarBubungan Setengah Lingkaran (a); Bubungan Segitiga (b);                                                                    Bubungan Sudut Patah (c)

         2)    Penutup Atap Kayu (Sirap) 

                       Bahan yang banyak digunakan pada rumah tradisional Indonesia berbahan                     dasar kayu. Sirap yang terbentuk dari potongan-potongan kayu tipis yang disusun                 3 atau 4. Potongan kayu ini kemudian dipaku ke multiplek yang melapisi rangka                     atap. Atap genteng sirap berbahan baku kayu ulin, kayu jati dan sebagainya.                         Bentuknya berupa lembaran tipis dengan panjang 40-60 cm, lebar 7-20 cm, dan                    tebal3-5 mm. Genteng sirap dipasang dengan susunan berlapis sehingga tidak                      terdapat celah yang memungkinkan air meresap ke bawah. Pemasangan atap                      sirap dengan sudut kemiringan 25-40
 

                                GambarPenutup Atap Kayu (Sirap)

Keunggulan genteng sirap jika dibandingkan dengan genteng jenis lain antara lain bobotnya ringan, kuat, dan kokoh menahan beban yang berat; tidak menyerap panas sehingga ruangan dibawahnya terasa sejuk dan dingin; serta setelah disusun maka mempunyai nilai keindahan yang tinggi setelah disusun atau digunakan dirumah tinggal. Namun, pemasangan atap genteng sirap membutuhkan waktu yang lama. Apabila bocor, sulit untuk ditentukan letak atau posisi kebocorannya. Selain itu,karena berasal dari bahan kayu yang jarang didapatkan dipasaran, harganya pun menjadi relatif mahal.

3)      Penutup Atap Seng 

Seng adalah salah satu sekian banyak bangunan yang sering digunakan sebagai penutup atap. Ukuran seng datar yang digalvanisir ( disepuh ) berkisar 915 mm x 1830 mm dengan beberapa macam tebal yang kurang dari 1mmJika seng terkena air hujan yang banyak mengandung garam akan mudah berkarat, lagipula oleh jatuhnya air hujan akan menimbulkan suara yang gaduh, serta tidak bersifat isolasi panas maupun dingin artinya bila udara di luar panas / dingin maka dalam ruangan akan terasa lebih panas  / dingin. Kelebihannya bobotnya rendah, harganya murah, pemasangannya mudah sekaligus dapat menghemat biaya

                                   Gambar. Penutup Atap Seng

          4)      Penutup Atap Asbes 

Atap asbes berasal dari campuran semen dan bahan serat yangdipadatkan. Bentuk dan ukurannya beragam dengan tipe gelombang, antara laingelombang 5½, gelombang 6½, dan gelombang 14. Harga genteng asbes cukup murah dipasaran dan menghemat biaya dalam pemasangan karena penggunaan kayu untuk rangka atap lebih sedikit (tidak memerlukan usuk dan reng) serta keunggulan: pemasangannya mudah dan cepat.


                                    Gambar. Penutup Atap Asbes

Akan tetapi, atap dari asbes memiliki kekurangan pertama yaitu menyerap panas sehingga ruangan dibawahnya terasa panas. Agar tidak mudah ditumbuhi lumut dan tahan lama, sebaiknya atap genteng asbes dicat dengan cat khusus genteng. Sudut kemiringan dalam pemasangan konstruksinya adalah 15-25. Kekurangan kedua, asbes dapat membahayakan tubuh. Jika ada bagian yang rusak, sehingga serat – seratnya bisa lepas, ini menjadi bebabahaya karena sulit untuk mendeteksi bagai manakah yang dikatakan rusak. Kondis lain yang sangat beresiko adalah saat asbes dipotong atau diperbaiki. Ketika di potong akan mengeluarkan serpihan-serpihan yang berupa serbuk, yang sangat berbahaya bagi paru-paru. 

Beberapa Penyakit Akibat Asbes: 
1. Asbestosis yaitu luka pada paru-paru hingga menyebabkan kesulitan bernapas dan dapat mengakibatkan kematian. 
2. Mesothelioma adalah sejenis kanker yang menyerang selaput pada perut dan dada, mesothelioma baru muncul gejalanya setelah 20 – 30 tahun sejak pertama kali menghirup serat asbes. 
3. Kanker paru-paru, di negara-negara maju, asbes putih digolongkan sebagai karsinogen ( bahan penyebab kanker).

Cara Mengurangi Efek Negatif Asbes 
1. Jika atap menggunkan asbes, gunakanlah plafon untuk mecegah debu dan serat asbes jatuh kedalam rumah. 
2. Ganti asbes setiap 5 tahun sekali, walaupun tidak ada tanda-tanda rusak. 
3. Saat mengerjakan asbes, gunakan alat penutup hidung. 
4. Buatlah ventilasi yang baik, ventilasi yang baik akan mengurangi efek gas radon yang terkandung di dalam asbes.  
5. Mengecat asbes bukan solusi untuk mencegahnya asbes terhirup oleh tubuh, asbes yang rusak walaupun dicat tetapakan menimbulkan dampak yang sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

berikan komentar

HTML Comment Box is loading comments...